
Spoiler dan Raw Lengkap Manga Blue Lock 242 Bahasa Indonesia: The Magician and The Blue Rose Part 1
- November 25, 2023
- comments
- Sorenamoo
- Posted in JejepanganManga
Manga Blue Lock 242 berjudul The Magician and The Blue Rose Part 1.
Menurut spoiler, Blue Lock 242 bakal berfokus pada masa lalu Ness.
Ikuti terus artikel ini yang membahas raw lengkap manga Blue Lock 242 bahasa Indonesia.
Disclaimer: Artikel ini mengandung spoiler Blue Lock 242
Raw Lengkap manga Blue Lock 242 Bahasa Indonesia: The Magician and The Blue Rose Part 1
Manga Blue Lock chapter 242 bahasa Indonesia ini berjudul The Magician and The Blue Rose Part 1.
Masa lalu Ness akhirnya terungkap.
Dia mengejar sihir di dunia di mana dia sendirian.
Ness: Orangtuaku adalah ilmuwan. Mereka mengajariku bahwa semua yang terjadi di Bumi ini bisa dijelaskan.
Suatu hari, Ness pulang ke rumah dengan kondisi tangan yang berdarah.
Ness: Papa, bisakah kau menyembuhkan lukaku dengan sihir penyembuh?
Ayah: Tidak, Alexis. Cepat bersihkan lukamu dan berikan disinfektan. Jika lukanya kotor, bakteri akan masuk dan bukan hanya lukanya sulit disembuhkan, tapi luka itu juga bisa menyebar ke daerah sekitarnya, mengurangi daya tahan tubuh dan menyebabkan nekrosis dari lengan. Kemungkinan terburuknya, kau bisa mati.
Lalu, ibunya datang menemui Ness.
Ness: Mama, apa aku akan mati?
Ibu: Kau tidak akan mati. Jika diobati dengan benar, kemungkinan kau mati kurang dari 0,01 persen, jadi jangan sering-sering mengeluh begitu dan cobalah untuk mengatasi masalahmu sendiri.
Kakak laki-laki dan perempuannya juga ada di sana.
Kakak laki-laki: Benar Alexis, kau mau kena nekrosis?
Kakak perempuan: Kau mau jasi nekroNess?!
Ness sedang membaca buku dan bertanya pada mereka berdua.
Ness: Kak, apa aku bisa memanggil monster menggunakan sihir pemanggil?
Kakak laki-laki: Coba saja, bodoh. Berapa kali aku harus memberitahumu kalau tidak ada yang namanya sihir di dunia ini? Itu cuma produk dari imajinasi!
Kakak perempuan: Apa kau menyinggung sihir lagi?! Itu cuma fiksi semata, bodoh! Berhenti membicarakan hal itu!
Ness: Di rumah kami, sihir itu tidak ada.
Ness sedang bermain salju menggunakan topi dan jubah penyihir. Ia juga tampak membawa tongkat sihir dan berusaha memanggil monster menggunakan boneka salju.
Ness: Wahai Golem dari salju yang mengamuk, berikan kekuatanmu padaku, Simesect Patroller… berikan kekuatanmu, Simesect Patroller!
Kedua kakaknya tiba-tiba muncul, kakak laki-laki merebut tongkatnya.
Kakak laki-laki: Berisik, Alexis! Apa yang kau lakukan?!
Kakak perempuan: Aku tak bisa berkonsentrasi pada eksperimenku, dasar idiot!
Ness: Aku… aku sedang melatih sihir untuk membuat hewan peliharaan…
Kakak laki-laki: Jangan bicara soal sihir lagi!
Kakak perempuan: Kau itu idiot bodoh, dasar produk gagal!
Kedua kakak: Mama, Papa! Alexis bicara soal sihir lagi! Dia ini anak kalian atau bukan sih?!
Orangtuanya menjawab secara dingin.
Ibu: Salju adalah susunan dari debu dan sampah di udara, jadi jangan masuk rumah dengan tangan yang menyentuh benda kotor itu.
Ayah: Kami ini ilmuwan, Alexis. Misi kami adalah meneliti fenomena supernatural dan hal-hal tak diketahui lalu mengklarifikasinya… Kami tidak butuh orang yang percaya pada hal yang tak bisa dijelaskan.
Ness menangis sementara kedua kakaknya berjalan menjauh.
Kakak laki-laki: Dia punya gen resesif.
Kakak perempuan: Bodoh sekali, ayo kita kembali ke penelitian kita.
Ness terus menangis. Tongkat sihir, buku dan boneka saljunya terjatuh ke tanah.
Ness: Apa itu ilmuwan? Mereka bahkan tidak bisa menjelaskan mengapa aku menyukai sihir, mereka juga tidak memahami kesedihan yang kualami.
Terlihat sekilas imajinasi Ness…
Ness: Aku yakin ada sihir di dunia ini. Soalnya, saat aku pertama kali membacanya di buku, aku sangat bersemangat sampai tak bisa tidur, aku tak bisa menjelaskan perasaan ini. Aku mencari sihir, aku pergi keluar, aku mungkin menyukai hal yang tak bisa dijelaskan daripada yang bisa dijelaskan. Jika kalian menyebut hal itu dengan sihir, maka dunia ini dipenuhi dengan sihir, perasaan yang tak bisa dijelaskan, kesedihan yang tak bisa dijelaskan…
Ness muda memasuki stadion.
Ness: Sepak bola juga tak bisa dijelaskan.
Seorang pemain menembakkan bola dan Ness muda terpesona.
Ness: Ini adalah sihir. Satu gol bisa membuat semua orang bersemangat, satu stadion bergetar, kesenangan yang menggucang akal sehat, aku menemukannya! Pemain sepak bola adalah penyihir… aku ingin melakukannya juga! Aku akan menjadi pemain sepak bola!
Ness bermain dan berlatih sepak bola.
Kakak laki-laki: Dia orang bodoh.
Kakak perempuan: Tidak mungkin, tidak mungkin.
Ayah: Sebentar lagi kau akan menyerah dan menangis.
Tapi Ness terus melawan dan bermain bola.
Rekan setim: Wah, kau hebat Ness! Kau tak terkalahkan di kota ini!
Rekan setim: Kau bisa disebut pemain pro sekarang!
Pelatih: Hei, jika kau tertarik menjadi pemain pro, bagaimana kalau kau mencoba Bastard Munchen?
Ness menuruti saran itu dan bermain di sana.
Ness: Mereka besar dan terlihat kuat… Tidak, aku bisa melakukannya! Jika aku bermain dengan baik di pertandingan merah dan putih ini, aku akan punya kesempatan menjadi pemain pro di klub nomor 1 Jerman, Bastard Munchen… jalan menuju impianku akan terbuka!
Ness di Tim Putih, dia mendribble bola dan melewati pemain Tim Merah nomor 7.
Tim Putih: Hei, oper, nomor 20!
Pemain Tim Putih lain dijaga oleh pemain lawan.
Ness: Sudah agak terlambat sih, tapi mau bagaimana lagi, ini cuma tim sementara, jadi aku akan mengoper saja…
Tiba-tiba pemain Tim Merah nomor 7 mendekati Ness.
Ness: Eh? Seharusnya aku sudah melewati pemain ini tadi!
Pemain Tim Merah nomor 7 mencetak gol. Ness kemudian didekati oleh pemain dari Tim Merah tersebut.
Ness: Apa dia berbeda dari musuh yang pernah kulawan sebelumnya? Apa dia adalah level tertinggi yang harus kuraih untuk menjadi pemain pro? Kemampuan individual dan imajinasiku memang kurang kompetitif, tapi… kemampuan taktis, koordinasi dan daya tahanku… semuanya tak bisa melewatinya! Sialan… sialan… sihirku tidak cukup bagus untuk dunia ini?
Tim Merah mencuri bola dari Ness.
Rekan setim: Hei, apa yang kau lakukan?! Kau lambat sekali.
Rekan setim 2: Cepat oper! Berapa kali mereka sudah mencuri bola darimu?!
Ness: Berisik, hentikan!
Ness jatuh ke tanah, mengingat kata-kata yang dilontarkan keluarganya.
“Tidak ada yang namanya sihir di dunia ini”
“Orang-orang yang percaya pada hal yang tak bisa dijelaskan tidak layak berada di rumah ini”
“Dasar idiot bodoh!”
“Kau produk gagal!”
Ness: Tidak, sihirku…
Tapi, saat Ness melihat ke atas…
Kaiser: Hei, dasar tolol. Apa kau percaya pada hal yang mustahil?
Sihir yang terus dia percayai tertolak. Impian kosongnya tiba-tiba hilang. Pada dunia di mana kegelapan sedang mencapai puncaknya, seorang penyelamat mulai menggapai tangannya.
Bersambung ke chapter selanjutnya: The Magician and The Blue Rose Part 2