Sedikit demi sedikit, Kaiser mulai memahami sifatnya dengan menang.
Ia menjadi simbol “kemustahilan” yang menghancurkan impian masyarakat, menulis ulang nilai-nilai dan mengajarkan keputusasaan.
Setiap kali dia mengumpulkan keputusasaan seseorang, dia merasa menjadi lebih “manusiawi”.
Di saat yang sama, Kaiser juga teringat bagaimana ayahnya memperlakukannya.
Mengingat masa lalunya, Kaiser mencoba melakukan tindakan yang sama terhadap pesepakbola dunia seperti yang dilakukan ayahnya terhadapnya.