Admiral Aramaki atau Green Bull dikenalkan pasca time-skip untuk menggantikan posisi Aokiji.
Selain Aramaki, ada juga admiral Fujitora yang sudah muncul di Arc Dressrosa.
Aramaki dikenalkan pertama kali di Arc Reverie, tapi fisiknya baru terlihat di akhir Arc Wano.
Ia datang ke Wano untuk memburu kru Topi Jerami yang baru selesai bertarung melawan Kaido dan kru bajak lautnya.
Namun, Aramaki gagal karena dia dihadang oleh Momonosuke dan anggota Azakaya Nine.
Selain itu, dia paksa mundur lantaran tidak mampu menandingi Haoshoku Haki milik Shanks.
Dalam One Piece Volume 106 SBS, kreator One Piece, Eiichiro Oda menyinggung mengenai masa lalu Aramaki.
Sebagai informasi, One Piece SBS merupakan sebuah korner di mana Oda-sensei menjawab pertanyaan seputar karyanya.
Bicara soal Aramaki, sosok Admiral Angkatan Laut ini disebut memiliki masa lalu sedih dan memilukan.
“Masa lalu Admiral Green Bull pasti sangat menyedihkan karena punya tato seperti itu,” tutur Oda.
Tato yang dimaksud adalah “Shinagawa Shinju” yang tergambar dari bagian dada sampai ke perut bawah.
Shinagawa Shinju dikenal sebagai bunuh diri pasangan kekasih Shinagawa.
Ini merupakan judul dari pertunjukan drama Rakugo.
Kisahnya menceritakan seorang pelacur yang sudah berumur dan menghadapi situasi berat dalam hidupnya.
Dia ingin bunuh diri dan meyakinkan seorang pria muda untuk pergi bersamanya.
Pelacur tersebut kemudian mengajak bunuh diri dengan cara melompat dari jembatan.
Pria muda tersebut menolak bunuh diri bersama sang pelacur.
Namun, dia didorong oleh oelacur tersebut.
Sebelum sang pelacur terjun ke jembatan, seorang pembawa pesan datang menghampiri.
Dia memberikan kabar bahwa mereka mendapatkan uang.
Sang pelacur pun terlihat lega dan bahagia.
Kemudian dalam sekejap, pikiran bunuh diri tadi serasa tidak masuk akal.
Sang pelacur pun pergi dari sana dan kembali menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Oda-sensei memang tidak menjelaskan secara detail mengenai masa lalu menyedihkan Aramaki.
Tapi dari tatonya tersebut, diduga kuat kalau sang admiral tidak memiliki kisah masa lalu yang indah.
Selain itu, Oda-sensei juga menjelaskan mengenai perbedaan cara pandang mengenai keadila dari kacamata Aramaki.
Dia memang keadilan sebagai sesuatu yang bisa dilakukan dengan pembunuhan atau harga mati.
Ini sangat berbeda dengan rekannya sesama admiral, Fujitora.
Pasalnya, Fujitora memiliki idealisme bahwa keadilan itu harus terhormat.
Fakta ini sedikit banyak menunjukkan sifat Aramaki yang “keras” terhadap bajak laut.
Dia tidak bisa memandang “putih dalam hitam” seperti yang dilakukan Fujitora.