One Piece terkini telah memperdalam hubungan dengan insiden Lembah Dewa yang legendaris, mengungkap dampaknya yang bertahan lama pada keseimbangan kekuatan dunia.
Dengan warisan Rocks yang muncul kembali melalui Loki dan kisah Elbaph yang menjelajahi Ksatria Dewa, bentrokan besar muncul antara Scopper Gaban dan Saint Sommers—veteran dari pertempuran bersejarah itu.
One Piece 1147 menghubungkan benang-benang kunci, menyoroti pandangan mereka yang berlawanan tentang cinta, kemampuan berbasis alam yang kontras, dan kebenaran yang mengejutkan tentang asal usul Colon.
Pengungkapan ini menunjukkan konflik lama mereka akan segera meletus, mengungkap sifat sebenarnya Lembah Dewa dan membentuk kembali masa depan dunia One Piece.
Disclaimer: Artikel ini adalah teori spekulatif dan mencerminkan pendapat penulis.
Salah satu aspek yang paling menonjol dari karakter Sommers adalah bagaimana ia berinteraksi dengan figur otoritas.
Tidak seperti Gunko dan Killingham, yang secara konsisten memanggil Shamrock sebagai “Komandan,” Sommers berbicara langsung kepadanya dengan namanya.
Perbedaan yang halus ini menunjukkan bahwa Sommers mungkin telah menyaksikan Shamrock tumbuh dari masa kanak-kanak hingga ke posisinya saat ini.
Hal ini menempatkan Sommers dengan kuat di generasi yang lebih tua bersama tokoh-tokoh seperti Garp, Roger, dan mungkin Scopper Gaban.
Panel manga mengungkap perbedaan filosofis yang menarik antara karakter-karakter ini.
Gaban mengidentifikasi dirinya sebagai “Menteri Cinta” yang mengaku memahami segala hal tentang konsep tersebut.
Sementara itu, Sommers menyajikan pandangan yang lebih gelap, menggambarkan cinta sebagai “duri” yang harus diremas, menekankan aspek cinta yang menyakitkan dan penuh pengorbanan.
Yang paling jelas, Sommers sering merujuk pada cinta orang tua, menyebutnya “bagian terbaik,” sebuah perspektif yang memperoleh makna penting mengingat pengungkapan bahwa Colon adalah putra Scopper Gaban.
Kemampuan mereka membentuk pertentangan alami yang selanjutnya mendukung teori ini.
Scopper Gaban mendapat julukan “Pemakan Gunung” karena kemampuannya yang merusak untuk menebang seluruh hutan dengan kapak gandanya.
Sebaliknya, Saint Sommers memiliki Buah Duri, yang memberinya kekuatan untuk menciptakan dan memanipulasi tumbuhan.
Ini menciptakan bentrokan tematik yang sempurna antara kehancuran dan penciptaan, antara penebangan dan pertumbuhan, pertempuran antara kekuatan yang berlawanan dengan wilayah yang sama.