Manga My Hero Academia 408 berjudul Eyes Full of Determination, melanjutkan kilas balik All For One.
Menurut My Hero Academia 408, terlihat juga sosok Kudou dalam kilas balik tersebut.
Artikel ini bakal membahas raw dan spoiler lengkap manga My Hero Academia 408 bahasa Indonesia.
Disclaimer: Artikel ini mengandung spoiler My Hero Academia 408
Chapter 408 berjudul Mata yang Penuh Tekad atau Eyes Full of Determination!!.
Chapter dimulai dengan All For One membunuh Yoichi di selokan.
Tubuhnya hancur lebur dan hanya sebuah tangan yang tersisa.
Terungkap bahwa AFO memberinya nama itu karena saudaranya adalah hal pertama yang dia dapatkan di dunia ini.
Yoichi terdiri dari kanji yang berarti memberi dan pertama.
Halaman kedua berfokus pada mata All For One dan Kudou.
Saat mata Kudou penuh dengan emosi dan mulai diselimuti air mata hingga membentuk refleksi pria yang membunuh Yoichi, mata AFO benar-benar putih dan tidak memiliki refleksi apapun.
Kudou belum memiliki bekas luka pada panel ini.
Narator mengatakan bahwa Yoichi dibunuh dua bulan setelah melarikan diri bersama Kudou dan pengguna ketiga.
Beberapa waktu berlalu, All For ONe berada di sebuah apartemen dalam bangunan yang sangat tinggi.
Ia tampak melihat tangan Yoichi.
Tangan itu mirip dengan milik Shigaraki.
Ia berkata bahwa Quirk yang dia berikan pada saudaranya sudah tidak berada di tubuhnya lagi.
Menurutnya, hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Ia mulai penasaran bagaimana hal ini bisa terjadi hingga akhirnya menyadari bahwa Quirk itu mungkin telah diwariskan kepada orang lain.
Sementara itu, pengguna ketiga yang namanya diketahui sebagai Bruce, tengah memeriksa tubuh Kudou.
Kudou merasa aneh dan Bruce bertanya apakah dia disentuh oleh AFO selama pertempuran atau tidak.
Hanya saja, Kudou meminta Bruce untuk memberitahukan hasilnya.
Sekarang sepertinya ada dua faktor Quirk di dalam diri Kudou, Gearshift dan satunya lagi sangat kecil serta hampir tak bisa diketahui.
Halaman berikutnya memperlihatkan dua versi berbeda dari Yoichi.
Versi pertama mengatakan “Aku tak bisa menghentikan saudaraku, dia hanya melihat orang lain sebagai mainan” dan yang kedua berkata “Saudaraku yang membuatku tetap hidup. Jika saja dia lebih peduli pada orang lain…” “Jika saja dia lebih peduli pada orang lain, kekuatan untuk memberi dan menerima bisa menjadi kekuatan terbaik di dunia ini”.