Igaguri: Tidak, jika terus begini, aku benar-benar tamat, ‘kan? Aku sudah bekerja sangat keras, tapi aku tidak bisa melampaui kalian… aku harus bertanding di pertandingan, tapi… semuanya mendapatkan gaji yang lebih tinggi dan jadi bintang! Apa kau punya saran untukku? Tolong berikan saranmu untukku Isagi Yoichi-sama!
Isagi: Maaf, aku tak punya saran.
Igaguri: Yoichi tak berguna! Yoichi kurang ajar! Aku mohon padamu! Berpikirlah secara serius, tidak, coba pikirkan sedikit saja! Aku sendiri tidak tahu harus berbuat apa!
Isagi: Hmm, mengapa kau mau jadi pemain sepak bola?
Igaguri: Karena kau tidak ingin mengambil alih kuil keluargaku… untuk alasan itu… aku mengerti aku tak akan bisa menang dari Isagi dan yang lainnya! Aku harus bekerja keras untuk bermimpi menjadi striker terbaik di dunia!
Isagi: Tidak apa.
Igaguri: Huh?
Isagi: Aku, semuanya, dan mungkin semua manusia… menurutku kita semua punya tendensi untuk hanya fokus pada tujuan kita sendiri dan tujuan yang ada tepat di depan mata.
Igaguri: Tujuan yang ada tepat di depan mata… tujuan yang sepertinya bisa dicapai…
Isagi: Iya, kau tidak boleh membandingkan dirimu dengan orang lain… realitamu memberimu tujuanmu sendiri, dan itu menjadi egomu sendiri. “Aku tidak ingin mengambil alih kuil” adalah ego yang bagus, seharusnya kau bangga dengan itu Igaguri.
Igaguri: Saat kau mengatakannya, entah mengapa, au merasa tahu harus berbuat apa!
Isagi: Eh, benarkah? Aku tidak menjelaskan soal pelatihan apapun lho…
Igaguri: Tidak, itu sudah cukup! Biar aku sendiri yang memikirkannya sekarang, terima kasih Isagi! Namusan! Oh iya, sejujurnya, saat aku pertama kali bertemu denganmu… aku sempat ragu kau akan jadi pemain dengan penghasilan lebih dari seratus juga.. kau hebat Isagi, kuakui, kau sangat luar biasa!
Isagi: Mengapa tiba-tiba kau berkata begitu…