Namun kedamaian itu tidak berlangsung lama.
Para tetua memaksa Harald menikahi seorang wanita bangsawan bernama Estrida, putri dari keluarga terpandang Elbaph.
Cantik dan elegan, Estrida memperkenalkan dirinya dengan percaya diri:
“Aku lahir di Desa Alcohol, dan mempelajari Di Feng. Aku ditakdirkan untuk dicintai Yang Mulia. Lupakan perempuan dari timur dan anaknya.”
Harald menjawab lirih, “Ahh… tidak… aku tidak bisa melakukan itu…”
Obsesi Estrida terhadap “Di Feng”—semacam seni harmonisasi ruang ala feng shui—membuatnya merombak dekorasi kastil Elbaph untuk mengejar ‘takdir sempurna’. Ia dikenal perfeksionis dan suka memerintah sesuka hati.