Halaman 6
Tsurugi: Lengan-lengan itu… Pernahkah kau berpikir untuk menggunakannya demi orang lain?
Pak Tua: Kata-kata naif seperti itu… hanyalah sentimentalitas. Jika kau hidup cukup lama… sentimen itu akan membusuk menjadi kebencian.
Tsurugi: Seberapa pun kau mencoba, orang-orang akan selalu saling membunuh. Itulah takdir yang tak pernah bisa dihindari.
Pak Tua: Tapi anehnya… orang-orang masih terus mencoba lagi dan lagi. Bahkan ada orang bodoh yang berpegang teguh pada cita-cita kosong.
Halaman 7
Narasi kilas balik: Bergandengan tangan, berjalan di bawah bunga sakura. Nomor yang diberikan kepadaku saat pendaftaran, digunakan untuk mengidentifikasi diriku. Dunia luar yang mendefinisikanku melalui nilai dan evaluasi.
Pak Tua: Aku senang menjadi siswa sekolah dasar. Aku selalu ingin tetap menjadi anak kecil selamanya.
Tsurugi: Bagus. Semakin kau bicara seperti itu… semakin mudah untuk menjatuhkanmu.
Tsurugi: …Itulah yang kutanyakan tadi. Tapi anehnya… orang-orang terus mendapatkan kembali kesadaran mereka, dan mencoba lagi dan lagi… Itulah sebabnya—
Halaman 8
Tsurugi: Asal mula kejadian ini… adalah amukan seorang penyihir jujutsu tua yang menderita penurunan kognitif…!?
Pak Tua (berjalan pergi, mengingat): Aku sangat senang menjadi anak SD. Aku selalu ingin tetap menjadi anak kecil selamanya.
Pak Tua: Yang tidak disadari orang… adalah perbedaan antara apa yang ‘bisa’ mereka lakukan dan apa yang sebenarnya tidak bisa mereka lakukan.
Tsurugi: Sekarang… …Aku mengerti perasaanmu.
Pak Tua: Heh. Kalau begitu, biar kuajari kau… …trik untuk menjaga kewarasanmu tetap utuh.
Halaman 9
Tsurugi: Simple Domain (“Domain Sederhana”) “Ma-ai!!”
Pak Tua: Anak nakal ini… dia tahu domain sederhana? Dengan mengganti teknik fisik dengan energi terkutuk, ia memperoleh kemampuan untuk merasakan jarak— bakat fisik bawaan. Menggunakan energi terkutuk, dan terlebih lagi menguasai domain sederhana… Lumayan.
Halaman 10