Peran “Ledakan” Demon Slayer Pada Penjualan Buku dan Majalah Cetak Jepang Tahun 2020
- January 26, 2021
- comments
- Urusai
- Posted in JejepanganManga
Jurnal publikasi bulanan Shuppa Geppо̄ mengungkapkan penjualan buku dan majalah cetak Jepang hanya turun 1% di tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Ini adalah penurunan paling sedikit di sejak tahun 2006.
Jurnal ini mengatakan kalau penurunan penjualan yang hanya sedikit ini dikarenakan meningkatnya “tingkat baca” di Jepang karena COVID-19, dan juga suksesnya penjualan manga karya Koyoharu Gotouge, Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba.
Penjualan buku anak-anak juga meningkat karena tutupnya sekolah yang disebabkan pandemi ini.
Penjualan dari penerbitan media cetak ini mencapai 1,2 triliun yen (sekitar US$ 11,8 milliar) pada tahun 2020, yang mana merupakan penurunan penjualan ke 16 tiap tahun secara beruntun.
Penjualan buku cetak turun 0,9% jadi 666 miliar yen (sekitar US$ 6,4 juta), dan penjualan majalah cetak turun 1,1% jadi 558 miliar yen (sekitar US$ 5,4 juta).
Penjualan dari penerbitan secara elektronik meningkat jadi 393 miliar yen (sekitar US$ 477 juta), meningkat 28% dari tahun sebelumnya, yang menjadi peningkatan penjualan selama dua tahun beruntun.
Penjualan manga elektronik meningkat sangat pesat karena manga Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba.
Penjualan total antara majalah dan buku yang dicetak dan penerbitan elektronik meningkat 4,8% dari tahun sebelumnya, mencapai 1,6 trilliun yen (sekitar US$ 15,4 miliar).
Sebagai perbandingan, penjualan buku dan majalah cetak pada tahun 2019 di Jepang turun 4,3% dari tahun sebelumnya.
Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba menjual total 102.892 juta copy hingga tanggal 6 Desember kemarin.
Manga ini menjadi seri manga kedua yang dicatat oleh Oricon yang mana dapat menjual lebih dari 100 juta copy.
Seri manga pertama yang mencapai penjualan sebanyak ini adalah One Piece pada tahun 2012.
Volume 23 yang juga merupakan volume terakhir Demon Slayer terjual 2.855 juta copy dari tanggal 30 November hingga 6 Desember yang mana merupakan penjualan manga terbanyak dalam kurun waktu satu minggu sejak Oricon mulai mencatat dan memberi peringkat pada penjualan buku dan majalah pada bulan April 2018.
Seri manga ini mendominasi peringkat penjualan buku dan manga tahunan Oricon.
Penjualan manga ini diperkirakan mencapai 82.345.337 copy dari tanggal 18 November 2019 hinggal 22 November 2020.
Manga ini juga menjadi seri manga pertama yang menempati 22 slot teratas top 30 peringkat manga tahunan dari volumenya.
Sebagai tambahan, edisi terbatas dari Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba volume 20 dan 21 mendapatkan peringkat 27 dan 28, sehingga seri ini menempati 24 slot peringkat di top 30.
Sumber: ANN
BACA JUGA: Mungkinkah Naruto Benar-benar Mati Di Manga Boruto?
Dragon Ball Super: Vegeta Menemukan Alternatif Untuk Ultra Instinct
Dengan semakin berjalannya Dragon Ball Super, Goku menjadi sangat kuat dengan kemampuannya untuk menggunakan Ultra Instinct.
Meski begitu, rival abadinya, Vegeta masih belum bisa mengejar kemampuan Goku ini dan mungkin tidak akan pernah bisa.
Whis, saat menjelaskan teknik ini sebelumnya, kecenderungan Vegeta yang selalu berpikir berlebihan akan membuatnya lebih sulit untuk menguasai Ultra Instinct
Tapi sekarang, itu sudah bukan masalah lagi, karena Dragon Ball Super Chapter 68 telah mengungkapkan alternatif untuk Ultra Instinct.
Setelah mempelajari Ultra Instinct dari Merus dan menggunakan teknik ini untuk mengalahkan Moro di arc manga sebelumnya, Dragon Ball Super Chapter 68 memperlihatkan Goku yang menguji teknik ini untuk melawan Whis.
Meski begitu, Whis menunjukkan kalau dia masih terlalu kuat untuk Goku dan menjelaskan kalau ada beberapa tingkatan untuk Ultra Instinct, dan Goku harus mengembangkan teknik ini dengan caranya sendiri jika dia ingin menjadi lebih kuat lagi.
Vegeta dan Beerus melihat pertarungan percobaan itu, dengan sang pangeran Saiya berkata kalau dia tidak tertarik untuk mempelajari Ultra Instinct.
Lalu Beerus berkata pada Vegeta kalau “Ultra Instinct bukan satu-satunya teknik yang dimiliki oleh para dewa.”
Ini mengagetkan Vegeta, dan Beerus mengatakan padanya kalau teknik Ultra Instinct lebih untuk para Malaikat, diapun berkomentar “Apa kau benar-benar berpikir kalau kami para Dewa Penghancur dapat pergi kemana-mana dengan menggunakan teknik yang mengharuskan hatimu tetap tenang dan tentram?”
Dari perkataan Beerus itu, Vegeta bersikeras agar Beerus mengatakan teknik lainnya itu padanya, tapi sang Dewa Penghancur menolaknya, dan menjelaskan kalau dia bukanlah seorang pelatih.
Beerus lalu pergi menjauh, meski begitu dia tidak pergi terlalu jauh dan itu menunjukkan secara jelas kalau dia ingin Vegeta untuk mengikutinya.
Hal ini mengindikasi bahwa Beerus akan mengajari teknik itu ke Vegeta dengan semacam cara lain.
Jadi sekarang bagaimana cara Vegeta untuk bersaing dengan Goku yang mempelajari Ultra Instinct? itu adalah pertanyaan besar utuk perkembangan DragonBall Super kedepannya.
Kalau sampai Vegeta mempelajari Ultra Instinct, hal itu akan mengubah kepribadiannya secara drastis dan itu terasa tidak akan cocok untuknya di seri ini.
Meski begitu, dengan mempelajari teknik yang digunakan oleh Beerus dan para Dewa Penghancur lainnya, Vegeta dapat mengembangkan cara baru yang mungkin akan dapat membuatnya mengejar Goku dan memperlihatkan kalau dirinya tetaplah sang Pangeran Saiya.