Kutukan Keluarga Hyuga pertama kali diperlihatkan saat pertarungan antara Naruto melawan Neji di Ujian Chuunin.
Meskipun alur dan jalan ceritanya sama, namun terjadi perubahan di bentuk tanda kutukan keluarga mereka.
Desain segel kutukan asli Keluarga Hyuga menampilkan simbol yang sangat mirip dengan Swastika.
Lambang tersebut umumnya terkait dengan lambang milik Nazi Jerman dan pemerintahan fasisnya.
Meskipun simbol tersebut bukanlah replika lambang terkenal tersebut, para produser terpaksa mematuhi keputusan tersebut setelah popularitas Naruto meroket di luar negeri.
Untuk studio produksi, melayani penonton di luar negeri lebih diutamakan daripada basis penggemar Jepang sendiri.
Mengingat jumlah peminat di luar negeri lebih banyak dibandingan dengan peminat di negerinya sendiri.
Sangat mudah untuk mengasosiasikan Swastika atau simbol serupa dengan fasisme tahun 1930-an.
Namun, simbol yang melambangkan segel terkutuk Hyuga ini sebenarnya berakar dari berbagai agama kuno, yang berasal dari beberapa milenium lalu.
Dengan kemakmuran dan kedamaian pada intinya, simbol tersebut dapat ditemukan dalam agama Hindu, Budha, dan bahkan Jainisme.
Untuk setiap agama, Swastika memiliki arti yang berbeda, meskipun ketiganya memiliki satu aspek yang sama: kesejahteraan.
Kata ‘Swastika’ sendiri berakar dari bahasa Sanskerta, yang diterjemahkan menjadi ‘tanda kesejahteraan’.
Dalam agama Buddha, simbol yang sama melambangkan jejak kaki Buddha.
Karena setiap kuil atau tempat pemujaan dianggap sebagai cerminan dari jejak kaki Sang Buddha, Swastika akhirnya menjadi simbol yang menunjukkan keberadaan sebuah kuil Buddha.
Simbol itu mengalir ke Jepang modern, dan simbol itu identik dengan simbol sebuah kuil.
Masashi Kishimoto dikenal karena mengambil inspirasi dari agama-agama Asia Timur untuk beberapa konsep dalam serial ini.
The Cursed Seal adalah kasus serupa Kishimoto yang mengikat serialnya dengan mitologi dunia nyata, menambahkan tingkat kedalaman dan kerumitan pada karyanya.
Namun, dalam kasus ini, upaya kreatif pengarang menjadi mangsa ketidaksesuaian lintas budaya, yang menyebabkan elemen yang telah dipikirkan dengan matang harus disingkirkan.