Naruto masih belum dapat memahami perasaan Sasuke yang sebenarnya sampai dia merasakan kehilangan Jiraiya, seorang mentor sekaligus sosok ayah yang dia miliki.
Naruto merasakan kesedihan mendalam dengan kematian masternya di tangan Pain, dan dia bersumpah untuk membalaskan dendamnya kepada Pain karena hal ini.
Pertarungan mereka di sisa-sisa desa Konoha adalah pertarungan legendaris yang akhirnya dimenangkan oleh sang karakter utama.
Tapi setelah dia mendengarkan lingkaran kebencian yang diterangkan oleh Pain, pada akhirnya dia tidak dapat membunuh pembunuh masternya ini.
Dia lebih memilih untuk memutus lingkaran kebencian dengan mengampuni nyawanya dan akhirnya dapat mengatasi rasa balas dendam yang sangat ingin dia lakukan, sama seperti apa yang dia katakan pada Sasuke pada saat itu.
Aspek hubungan antara Naruto dan Sasuke ini dengan sempurna mengilustrasikan cara pandang Pain kalau manusia tidak akan pernah saling memahami sampai mereka mengalami rasa sakit yang sama dengan yang pernah mereka alami.
Dengan ini, untuk pertama kalinya Naruto menyadari bagaimana perasaan Sasuke setelah dia kehilangan seluruh anggota keluarganya.
Naruto yang mengampuni Pain ini menunjukkan kalau perkataannya pada Sasuke dulu bukan hanya omong kosong belaka.
Saat dia kembali mengulangi perkataan tersebut di pertarungan terakhir mereka, perkataan ini bukan lagi omong kosong yang diucapkan oleh anak-anak yang hanya tidak ingin kehilangan temannya.
Ini merupakan perkataan bijaksana dari seorang partner yang saling berbagi penderitaan dan memahami satu sama lain, yang mana bisa dikatakan ini adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri gejolak batin yang dimiliki oleh Sasuke, dan hal inilah yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh sang rival agar matanya dapat terbuka setelah sekian lama berjalan di dalam kegelapan.
Baca berita dan informasi mengenai anime serta manga lainnya hanya di Sorenamoo