Imu mengatakan bahwa orang-orang dengan inisial D adalah musuh Aliansi Kuno di masa lalu. Menurutnya, pemilik inisial D saat ini tidak tahu soal makna di balik nama mereka. Imu menambahkan bahwa setiap usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan pengetahuan pada topik yang dilarang Pemerintah Dunia merupakan kesalahan Lili.
Cendekiawan Ohara yang berusaha menemukan kebenaran soal Abad Kekosongan, bajak laut yang mencari Poneglyph, semuanya tidak akan pernah ada jika bukan karena kesalahan mantan Ratu Arabasta tersebut. Menurut Imu, Lili sengaja menyebar Poneglyph ke seluruh dunia bukan karena sebuah kesalahan.
Gorosei lalu mengeluarkan senjata mereka, meminta Cobra untuk memahami bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan Ruangan Bayangan hidup-hidup. Intuisi Cobra tiba-tiba bisa mengonfirmasi hal itu, ketika salah satu Gorosei menyatakan bahwa takdir Cobra telah ditentukan begitu dia melihat Imu-sama.
Dalam momen yang mengejutkan, Cobra membeberkan nama asli Lili, yakni Nefertari D. Lili. Beberapa detik kemucian, sebuah anak panah hitam muncul dan menusuk perutnya. Sabo, yang bersembunyi di ruangan untuk memata-matai mereka, muncul dan berusaha menyerang Imu menggunakan kekuatan Buah Iblis Flame Flame.
Imu kemudian berubah menjadi makhluk raksasa dan dengan mudah melawan serangan Sabo. Ia menelan api Sabo seakan-akan makanan biasa. Sementara itu, Gorosei juga berubah menjadi makhluk raksasa dan mengepung Sabo serta Cobra. Sayangnya, transformasi Imu-sama dan Gorosei tidak terlihat jelas, hanya berupa siluet saja.
Sebuah Visual Transponder Snail mengambil gambar Sabo berdiri di dekat tubuh Cobra yang berdarah. Sepertinya, Pemerintah Dunia menggunakan foto itu untuk menuduh Sabo sebagai pembunuh Cobra. Saat orang nomor dua di Pasukan Revolusioner berusaha membawa Cobra dan melarikan diri, Raja Arabasta memintanya untuk membreitahu Vivi dan Luffy bahwa Keluarga Nefertari juga merupakan Klan D.
Sabo melarikan diri bersama Cobra, tapi dua anak panah hitam berhasil mencapai dan menusuk mereka, menyebabkan keduanya berdarah. Cobra membaca ulang surat dari Lili dan berkata, “Lindungi Pongelyph… dan kibarkan bendera fajar pada dunia.” Saat siluet Imu yang berbentuk monster mendekat, ayah Vivi berdiri sekali lagi dan mengorbankan dirinya agar Sabo bisa lari. Pada panel berikutnya, Raja Arabasta terlihat terbaring di tanah dan sudah tak bernyawa.
Paradoksnya, meskipun Cobra adalah orang yang hebat dan memiliki reputasi sebagai raja yang bijaksana, kematiannya di tangan Sabo (setidaknya sesuai dengan apa yang diceritakan kepada publik) membangkitkan semangat semua orang yang memberontak di seluruh dunia. Pemberontak senang bahwa penguasa negara yang berafiliasi dengan Pemerintah Dunia meninggal.
Cobra sangat peduli dengan kerajaannya, mencintai warganya bahkan setelah beberapa dari mereka, sebagai akibat dari Rencana Utopia Crocodile, memberontak terhadapnya. Dia mempertaruhkan nyawanya untuk mencegah Warlord merebut tahtanya. Cobra bersedia membiarkan penghancuran ibu kotanya untuk mencegah pertumpahan darah rakyatnya, yang nyawanya dia pertaruhkan di atas nyawanya sendiri.