
Kemarahan Besar Luffy di One Piece Chapter 1060, Kapten Kru Topi Jerami Tak Terima Dengar Sabo Bunuh Ayah Vivi
- September 15, 2022
- comments
- Kitsune
- Posted in AnimeJejepanganManga
One Piece 1060 turut menampilkan keadaan terkini dari saudara Monkey D. Luffy, Sabo.
Sabo melanjutkan sambungan komunikasinya dengan Dragon yang sempat terputus dari One Piece chapter sebelumnya.
Dragon jelas mengkhawatirkan kondisi Sabo yang melakukan hal nekad di serial One Piece.
BACA JUGA: Bocoran Chapter 1060: Nami Bingung hingga Usopp Panik, Luffy Bikin Krunya Syok Saat Ungkap Mimpinya
Pada chapter terbaru ini, Sabo disebut-sebut berhasil melihat Empty Throne ‘Takha Kosong’ yang sakral.
Namun, sang Kaisar Api terkejut lantaran Empty Throne yang semestinya kosong nyatanya diduduki oleh seseorang.
Munculnya Sabo di chapter kali ini bak sebuah angin segar bagi Pasukan Revolusi.
Meski hanya sebatas panggilan melalui Den Den Mushi, setidaknya Sabo benar-benar selamat setelah insiden di Marijoa.
Insiden yang melibatkan Sabo dan Vivi tersebut akhirnya terdengar juga oleh Luffy.
Luffy langsung marah besar mengetahui sang saudara mendapat propaganda dari Pemerintah Dunia.
Pemerintah Dunia menuduh Sabo sebagai dalang pembunuhan Raja Alabasta, Cobra.
Luffy jelas membantah hal tersebut.
Ia sangat yakin sang saudara tak melakukan hal yang dituduhkan Pemerintah Dunia.
“Itu jelas sebuah berita bohong,” ungkap Luffy kepada kru Bajak Laut Topi Jerami.
“Tidak mungkin dia membunuh ayah Vivi. Sabo tidak akan melakukan itu,” sambungnya.
Hal ini membuat Luffy makin naik pitam.
Ia lantas meminta Thousand Sunny berlayar menuju Alabasta.
Namun, keinginan Luffy itu mendapat tentangan dari Zoro.
Sabo Korban Fitnah
Terasa sedikit aneh mendengar dan melihat Sabo melakukan aksi sebrutal itu.
Membunuh Raja Alabasta yang sudah tua renta dan sakit-sakitan jelas membuat nama Pasukan Revolusi makin terekspos.
Selain itu, pamor Pasukan Revolusi juga berpeluang tercoreng dengan aksi demikian.

King Cobra dan Nefertari Vivi
BACA JUGA: Bocoran Chapter 1060: Inilah Kejahatan Besar Pemerintah Dunia Terhadap Hancurnya Kerajaan Lulusia
Padahal, ia tak akan bertindak sembarangan tanpa ada perintah dari sang pemimpin Pasukan Revolusi, Monkey D. Dragon.
Reaksi Dragon saat mendengar ada yang terbunuh di Reverie juga tak terlalu yakin.
Ia sempat mengkhawatirkan orang kepercayaannya itu.
Untungnya, sang tangan kanan berhasil selamat dan Dragon dapat bernapas lega.
Dragon pun selama ini masih sangat jarang melakukan pergerakan.
Ia tak ingin Pasukan Revolusi langsung berhadapan dengan Angkatan Laut yang juga punya kekuatan tak sembarangan.
Lantas, apakah ia akan merestui tindakan Sabo di Alabasta tersebut?
Jawabannya kemungkinan besar tidak.
Memang tak bisa dipungkiri, Pasukan Revolusi punya misi tersendiri di negeri tersebut.
Namun, menghabisi King Cobra barangkali tak ada dalam daftar tindakan Sabo kala itu.
Kemungkinan yang muncul adalah ia hanyalah korban dari fitnah keji.
Dan tentu saja, fitnah keji seperti ini datang dari pihak yang seharusnya dipandang baik, Pemerintah Dunia.
Pemerintah Dunia tak akan rela melihat wilayahnya diperintah terus-terusan oleh orang yang berhubungan erat dengan bajak laut.
Apalagi, King Cobra naik takhta berkat bantuan Luffy dan kru Bajak Laut Topi Jerami lainnya.
Pemerintah Dunia ingin menjadikan Sabo sebagai kambing hitam dari aksi pembunuhan yang mereka lakukan.
Harapannya, para penduduk dunia akan memalingkan simpati mereka dari Pasukan Revolusi.
Para penduduk diharapkan bakal memberikan simpati mereka kepada Pemerintah Dunia yang semakin kehilangan pamor akhir-akhir ini.
BACA JUGA – One Piece: Rela Pergi ke Marineford untuk Selamatkan Ace, Mengapa Shirohige Tidak ke Wano Demi Oden?
Namun, One Piece chapter Entei membuktikan hal lain.
Para penduduk malah makin bersimpati dengan Pasukan Revolusi.
Mereka mengelu-elukan Sabo yang malah dianggap sebagai pahlawan.
Julukan Entei pun resmi melekat pada saudara Luffy dan Ace ini.