π aku nangis bgt baca ini soalnya paham nyari kerja itu susah. Sekalinya dpt malah dipecat perkara ketemu penumpang narsistik kebelet viral (iya ini kasus tumbler 300 ribu itu) dzolim bgt. Semoga mas nya cepet dapet kerja baru π pic.twitter.com/Ddvi7ZPMGJ
— Tanyarl π (@tanyakanrl) November 27, 2025
Saat publik mulai berpikir kasus ini selesai, muncul seorang pengguna Instagram bernama Fino yang mengaku menjadi korban baru dalam kasus tumbler ini.
Ia menulis:
βTemen saya di-CUT dan yang lain kena SP cuma gara-gara tumbler. Spesial banget ya tumbler sampai harus bikin zoom meeting direksi segala.β
Fino juga mengaku diminta membuat berita acara dan kronologi lengkap untuk keperluan internal perusahaan.
Drama pun semakin melebar, membuat banyak orang bertanya:
sampai kapan kisruh tumbler ini berhenti?
Terlepas dari ramai pro dan kontra, kasus ini menyadarkan publik bahwa membawa tumbler bukan hanya gaya hidup, tetapi juga:
mengurangi sampah plastik
menjaga kesehatan dari paparan BPA
memudahkan minum di mana pun
membantu menghemat pengeluaran
praktis dan nyaman untuk aktivitas harian
Sayangnya, insiden tumbler yang seharusnya menjadi masalah sederhana justru berubah menjadi konflik panjang yang melibatkan reputasi, pekerjaan, dan kehidupan banyak orang.
Kasus Tumbler dan Anita menjadi viral bukan hanya karena botol minum yang hilang, tetapi karena rentetan dampak yang ditimbulkannya β mulai dari tekanan publik, perdebatan etika pelayanan, dugaan pemecatan, hingga munculnya korban baru.
Hingga kini, publik masih menunggu transparansi yang benar-benar jelas: siapa sebenarnya yang benar-benar dirugikan? dan apakah drama tumbler ini akan segera berakhir?