Serial Attack on Titan beberapa kali menghadirkan situasi yang menguji kematangan dan keberanian para pemeran utama.
Keputusan penting yang tak jarang memengaruhi klangsungan hidup seseorang seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari Attack on Titan.
Biasanya, keputusan tersulit jatuh kepada karakter yang memiliki tanggung jawab besar seperti Komandan atau Kapten.
Kapten Levi Ackerman nyatanya juga pernah mengalami hal sulit seperti di atas.
Ia mesti mengambil keputusan ekstra sulit di suatu titik dalam serial ini.
Tepatnya, hal itu terjadi saat Attack on Titan menginjak season 3.
Di mana kala itu, Levi harus memilih untuk menyelamatkan Armin Arlert muda atau Erwin, yang tak lain adalah teman dekatnya.
Pada momen tersebut, nyawa kedua orang tersebut tengah berada dalam bahaya.
Levi Ackerman pada akhirnya memilih menyelamatkan Armin Arlert daripada Erwin.
Keputusan tersebut kerap disalahpahami oleh penggemar yang tak puas dengan Levi.
Namun sebenarnya, ada pertimbangan panjang dalam keputusan Levi tersebut.
Keputusan Levi tersebut dianggap terlalu egois lantaran lebih memilih Armin daripada Erwin yang punya manfaat paling besar bagi kehidupan umat manusia.
Namun, benarkah demikian?
Sekali lagi, keputusan Levi memiliki pertimbangan panjang sebelum memutuskan menyelamatkan Armin.
Pada awalnya, Levi jelas akan menyelamatkan Erwin yang merupakan teman dekatnya.
Akan tetapi Erwin melakukan sesuatu yang membuat Levi akhirnya menyelamatkan Armin.
Di momen terakhir Erwin,ia mengaku tak lagi punya harapan atau impian karena mimpinya sudah terwujud.
Levi lantas teringat dengan obrolan Armin, Mikasa dan Eren tepat sebelum mereka keluar dari dinding besar untuk pertama kali.
Armin dengan jelas menyatakan impian terbesarnya adalah untuk melihat lautan lepas.
Selain itu, Levi juga teringat pada kata-kata terakhir Kenny Ackerman.
Menurutnya, semua orang adalah budak dari sesuatu.
Ketidakmampuan orang-orang dalam merelakan sesuatu pada akhirnya akan merusak dirinya sendiri.
Beberapa hal di atas menuntun Levi Ackerman berpesan kepada Erwin.
Ia meminta Erwin merelakan impiannya dan mati untuk kepentingan umat manuisa.
Erwin pun dapat menerima itu dan bangga dengan teman dekatnya tersebut.