Ketika Zoro mengungkapkan kepada Hiyori bahwa kakaknya telah bepergian bersama dia dan teman-temannya, ikatan antara keduanya semakin tumbuh, begitu pula rasa terima kasih Hiyori terhadap “Pemburu Bajak Laut”.
Dia menceritakan apa yang terjadi dua puluh tahun sebelumnya, dan Zoro menjadi sangat bersimpati atas kesedihannya.
Melalui Zoro, Hiyori juga mendengar tentang kembalinya Red Scabbards ke Wano, yang membuatnya sangat senang mendengarnya, terutama ketika dia mengetahui bahwa pendekar pedang berambut hijau itu akan bertarung bersama mereka untuk membebaskan negara dari Kaido.
Saat Yasuie hendak dieksekusi, Toko berlari ke arahnya, dan Hiyori mengejarnya.
Bertekad untuk melindungi keduanya dari siapa pun yang dapat menyakiti mereka, Zoro mengejar mereka, sekali lagi menunjukkan kepeduliannya terhadap Hiyori.
Saat menyaksikan kematian Yasuie yang memilukan serta kesedihan Toko, yang bahkan diperburuk oleh kutukan SMILE-nya, Hiyori menangis dan mencari penghiburan di dada Zoro. Zoro benar-benar marah, tapi dia menahannya untuk tidak membuat keributan.
Ketika beberapa ninja pembunuh dari Oniwabanshu Orochi mulai mengejar Hiyori, dengan tujuan untuk membunuhnya, Zoro sekali lagi berdiri sebagai pelindung pribadinya, mengalahkan semua musuh. Hiyori kemudian meminta Zoro untuk mengembalikan pedang Shusui yang dianggap oleh masyarakat Wano sebagai harta nasional.
Zoro telah menerima pedang itu dua tahun sebelumnya, langsung dari tangan zombie Ryuma. Sebagai imbalan atas senjata “Dewa Pedang” yang legendaris, Hiyori menawari Zoro pedang menakjubkan lainnya, Enma.
Masalah ini menekankan kepercayaan Hiyori pada kekuatan Zoro, karena hanya pengguna Haki paling kuat yang dapat menggunakan Enma tanpa energi mereka langsung terkuras oleh pedang. Itu juga menyoroti betapa dekatnya perasaan Zoro dengannya, karena Enma adalah salah satu dari dua pedang milik ayahnya, Oden.
Selama konflik di Onigashima, setelah menggunakan Enma untuk melawan dan melukai Kaido, Zoro memutuskan untuk melepaskan semua Haki Penakluknya dan Haki Persenjataan secara bersamaan. Karena itu, dia mulai menggunakan pedangnya dengan benar, seperti yang biasa dilakukan ayah Hiyori.