Terlepas dari cintanya yang mendalam dan kesetiaannya yang tak tergoyahkan kepada Eren, Mikasa mendapati dirinya berada di persimpangan moral.
Beratnya tindakan Eren, nyawa yang hilang, dan malapetaka yang akan menimpa umat manusia memaksanya untuk introspeksi diri.
Pedoman moralnya, dikombinasikan dengan pemahamannya tentang pertaruhan yang lebih luas, mendorongnya mengambil keputusan yang menyakitkan.
Di saat yang dipenuhi emosi, Mikasa mengumpulkan keberanian untuk menghadapi Eren, yang berujung pada tindakan tragis yaitu memenggal kepalanya, sehingga mengakhiri hidupnya dan potensi terornya.
Keputusan ini tidak diambil dengan mudah.
Ini menunjukkan pertumbuhan karakter Mikasa, kemampuannya untuk memprioritaskan kebaikan yang lebih besar daripada perasaan pribadi, dan kekuatan batinnya yang luar biasa.
Tindakan membunuh Eren adalah bukti cintanya padanya, cinta yang memungkinkan dia untuk melihat lebih jauh dari kehilangan pribadinya demi keselamatan umat manusia.
Namun, akhir dari Attack on Titan ini menimbulkan banyak reaksi di antara basis penggemarnya yang luas.
Meskipun serial ini dipuji karena penceritaannya yang rumit, episode terakhirnya, yang menampilkan transformasi Eren Yeager menjadi antagonis, membuat penggemar terpolarisasi.
Beberapa orang mengkritik resolusi yang tampaknya suram dan penggambaran Eren sebagai sosok yang tidak dapat ditebus, sementara yang lain percaya bahwa akhir ceritanya tetap sesuai dengan tema inti serial tersebut.