One Piece tak pernah ragu membongkar kebusukan di balik citra Pemerintah Dunia yang tampak mulia.
Salah satu contoh paling memilukan sejauh ini adalah kisah Raja Harald, yang menunjukkan betapa kejam dan manipulatifnya kekuasaan Imu dan Gorosei.
Pada dasarnya, Harald percaya dirinya sedang membawa perdamaian dan kemakmuran ke dunia. Namun tanpa disadari, ia menjadi alat Pemerintah Dunia—mengintai pulau-pulau tak bertuan, memenangkan hati rakyat, lalu menyerahkan mereka kepada kekuasaan tirani.
Dengan dalih menyatukan dunia, Pemerintah Dunia memanfaatkan Harald untuk mengidentifikasi wilayah potensial: siapa yang bisa diajak bekerjasama, siapa yang layak ditaklukkan, dan siapa yang akan menjadi mangsa para Naga Langit (Celestial Dragon).
Keyakinan polos Harald dimanfaatkan secara brutal.
Niat baiknya dijadikan senjata oleh Pemerintah Dunia—memutarbalikkan harapan menjadi alat penjajahan dan penghancuran budaya.
Kasus ini menjadi bukti kuat bahwa Pemerintah Dunia dalam One Piece bukan hanya diktator kejam, tetapi juga ahli manipulasi psikologis.
Artikel ini berisi spoiler One Piece dan merupakan analisis spekulatif berdasarkan perkembangan terbaru manga/anime.
Harald mungkin membayangkan dirinya sebagai pahlawan yang menjembatani kepercayaan antarbangsa.
Ia mengajukan proposal damai, menjanjikan kerja sama, dan memupuk kepercayaan antar wilayah.
Namun yang terjadi justru sebaliknya—data yang ia kumpulkan digunakan oleh Gorosei dan Imu untuk memilih mana yang layak ditaklukkan atau diubah menjadi cagar perburuan Naga Langit.
Banyak pulau bisa saja jatuh karena laporan Harald. Nyawa melayang, budaya lenyap, dan semua itu dilakukan atas nama “perdamaian”.
Jika Harald tidak menyadari semua ini, ia adalah contoh tragis dari orang baik yang dimanfaatkan. Namun jika ia tahu, maka ia sama jahatnya dengan kekuatan yang ia layani.