Melalui perkembangannya, One Piece berubah dari sekadar cerita bajak laut menjadi narasi yang memadukan unsur filosofis dan konsep mitologis.
Enam Alam Samsara dari kosmologi Buddha menghubungkan karakter utama One Piece melalui representasi perjalanan jiwa siklus yang ditentukan oleh karma.
Oda belum memvalidasi hubungan ini, namun hubungan ini menunjukkan dasar spiritual dan tujuan naratif yang mendalam.
One Piece dapat menggabungkan simbolisme Buddha untuk memperdalam narasinya dengan mengeksplorasi tema penderitaan dan pembebasan, yang menunjukkan bahwa tujuan utamanya melampaui harta karun untuk mencapai transendensi.
Disclaimer: Artikel ini adalah teori spekulatif dan mencerminkan pendapat penulis.
Luffy sebagai Deva (Alam Dewa) dengan sempurna menggambarkan hubungan ini.
Alam Deva mewakili kegembiraan ilahi, kebebasan, dan kekuatan tak terbatas, tetapi membawa risiko kepuasan diri.
Melalui kemampuan Buah Iblis Nika (Dewa Matahari) miliknya, Luffy mewujudkan kebebasan, cahaya, dan potensi tanpa batas.
Optimisme riangnya mencerminkan sifat-sifat ilahi, sementara sesekali meremehkan ancaman mencerminkan bahaya kepuasan diri di alam semesta.
Mimpi utamanya untuk menciptakan dunia yang bebas sejalan dengan kerinduan Deva untuk melampaui batasan.
Sebagai Manushya (Alam Manusia), Robin mewakili dualitas seimbang antara penderitaan dan kegembiraan yang menjadi ciri keberadaan manusia.
Kisah hidupnya meliputi tragedi yang mendalam (kehancuran Ohara) dan kegembiraan penebusan (menemukan tempat tinggal bersama Topi Jerami).
Julukannya “Anak Iblis” dan teknik “Demonio Fleur” melambangkan perjuangan manusia untuk memadukan aspek cahaya dan bayangan dari keberadaan.
Pengejaran Robin terhadap pengetahuan dan kebenaran sejarah mewujudkan kesempatan unik alam Manusia untuk pencerahan melalui kebijaksanaan.
Big Mom sebagai Preta (Hungry Ghost Realm) dengan sempurna menggambarkan keinginan yang tak terpuaskan dan hasrat yang tak terpenuhi.
Ketika kepuasannya ditolak, rasa lapar yang tak terkendali, keserakahan akan kekuasaan, dan amukan yang merusak mewujudkan rasa haus Preta yang tak ada habisnya.
Meskipun memiliki kekuatan yang luar biasa, kekosongan emosional dan ketergantungannya pada orang lain untuk memenuhi hasratnya menyoroti penderitaan yang menjadi pusat alam ini, memiliki banyak hal tetapi tidak pernah merasa puas.